Saturday, February 18, 2012

Proyek Perpipaan dengan Jalan Tumpang Tindih

BORONG, Timex-Proyek perpipaan di Borong, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) tumpang tindih dengan proyek pembangunan jalan di wilayah itu. Hal ini akan mempengaruhi efektivitas dari proyek tersebut.
Sebut saja proyek perpipaan untuk jaringan ke rumah konsumen di wilayah Kampas-Jati, Desa Golo Kantar dan Toka-Cupi Watu, Desa Nanga Labang yang dilaksanakan di lahan untuk jalan. Proyek tersebut dinilai tumpang tindih.

Selain itu, diduga dalam pelaksanaan pengerjaan fisiknya tidak sesuai spesifikasi yang ada. Sebut saja penggalian tanah untuk kepentingan
proyek jaringan perpipaan tidak sesuai perencanaan awal. Padahal sesuai ketentuan, dimensi galian untuk pemasangan pipa sudah ditentukan.

Untuk proyek jaringan air minum bersih di dua wilayah tersebut, dimensi pipanya yakni PVC 2 (dua dim), sehingga dimensi galian harus kedalaman 51,3 cm, GIP 50 cm dan lebar galian 25 cm.

Warga Kampung Kampas, Desa Golo Kantar,
Valens dan Alfons kepada koran ini, Jumat (16/2) menuturkan, pengerjaan fisik penggalian untuk pemasangan pipa di wilayah itu dengan peta jaringan ke rumah konsumen pemakai sepertinya tidak sesuai dengan perencanaan awal dimana pelaksanaan tidak memperhitungkan kepentingan pada program pembangunan dan pengembangan jalan, termasuk proyek perpipaan dari pemerintah provinsi.

Hal lain juga, kedalaman pengalian untuk pemasangan pipa jaringan air itu tidak mencapai kedalaman 30 cm dari ketentuan 51,3 cm. Ini bisa dinilai perencanaan tidak mempertimbangkan kepentingan pada program lain dan bakal terjadi tumpang tindih.

"Kita tidak mengerti dengan proyek yang ada karena pelaksanaannya tidak memperhitungkan dan mempertimbangkan kepentingan pembangunan jalan ke depan. Yang terjadi kita lihat, pengalian dan pemasangan pipa dilaksanakan pada badan jalan. Apalagi yang kita lihat kedalamannya tidak mencapai 30 cm dan bukan tidak pasti pipa yang telah dipasang bakalan rusak dengan adanya program pembangunan peningkatan jalan di areal yang sama. Apa salahnya, penggalian dan pemasangan pipa harus jauh di luar areal untuk kepentingan pembangunan peningkatan jalan dan juga pembangunan drainase," tutur Valens.

Sementara rekannya Alfons meminta pipa yang telah dipasang dibongkar kembali sebelum terlambat. Hal ini juga untuk menghemat pemakaian uang negara. "Kedalaman pengalian tanah, harus diperhatikan. Lakukan koordinasi antara kepentingan bidang pembangunan jaringan air minum
dengan kepentingan bidang pembangunan peningkatan jalan," harap Alfons.

Mereka juga tidak tahu perusahaan apa yang melaksanakan proyek tersebut. Hal itu karena papan informasi proyek tidak dipajang di lokasi proyek.

Sementara Kepala Bidang Pemukiman dan Tata Ruang, Yos Marto mengakui proyek yang sementara dikerjakan akan terjadi tumpang tindih. Hal itu karena belum adanya master plan seperti daerah penampangan jalan atau penempatan lebar jalan. Hal lain juga, ada banyak proyek pada bidang yang sama yang dikerjakan oleh pemerintah provinsi tanpa melalui koordinasi yang baik dengan pemerintah kabupaten.

Yos mengatakan, pihaknya belum berkoordinasi dengan Bidang Bina Marga untuk kepentingan pembangunan di Matim. "Kalau ada master plan, jelas pasti tidak ada proyek yang terjadi tumpang tindih. Dimensi galian pada pemasangan pipa yang kita kerja di wilayah itu kedalamannya 51,3 cm dan lebar galian 25 cm, karena pipanya sendiri berukuran 2 dim. Kalau pipanya 3 dim, maka kedalaman galiannya 60 cm dan lebarnya 32,7 cm. Proyek itu dikerjakan oleh CV. Ariona dan besarnya dana Rp 100 juta," kata Marto.

Secara terpisah Kepala Bidang Bina Marga Dinas PU, Kasmir Gon mengatakan, kepentingan untuk pelebaran jalan menuju wilayah itu telah direncanakan oleh pihaknya. Hal lain juga pihak Bina Marga sedang
melakukan pekerjaan survey perencanaan pemetaaan jalur drainase dalam Kota Borong termasuk dalam kawasan Jati-Jawang-Lehong yakni pada jalur dimana proyek perpipaan dikerjakan.

Kata Kasmir, pekerjaan proyek perpipaan yang ada dibangun dan dilaksanakan pada daerah manfaat jalan. Karena itu akan terjadi tabrakan kepentingan antara bidangnya yang melaksanakan pelebaran jalan dan bidang yang melaksanakan proyek perpipaan tersebut. Lanjut dia, ketiadaan master plan tidak semestinya menjadi alasan karena itu hanya soal regulasi. "Tapi yang sangat penting dibutuhkan di sini adalah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi programnya," ujarnya.

Dia mengatakan, sangat dibutuhkan komunikasi sehingga program jaringan air minum bersih dan program pada Bidang Bina Marga akan terjadi sinkronisasi dan tidak adanya tumpang tindih. "Paling penting buat kita di sini adalah koordinasi. Sesuai perencanaan untuk jalur Jati-Jawang-Lehong, lebar totalnya 18 meter termasuk dengan drainase dan bahu jalan. Di sana juga akan dibangun median di tengahnya. Yang kita lihat mereka gali pipa di areal manfaat jalan dan pasti saja pipa yang mereka bangun itu akan rusak di saat program kepentingan pembangunan jalan. Saya kwatir begitu pipa rusak, pasti ada pihak yang korban untuk ganti rugi pipa yang rusak itu," tandas Kasmir. (krf3/ito)

No comments:

Post a Comment

LAGU INDO-BARAT

1. Bad Man