Saturday, December 12, 2009

Kejari Ruteng Tangani 11 Kasus Korupsi

POS_KUPANG.COM-SEPANJANG tahun 2009, Kejaksaan Negeri (Kejari) Ruteng menangani enam kasus korupsi yang terjadi di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat. Enam kasus korupsi itu displit (dipisahkan) menjadi 11 berkas perkara korupsi.

Dari 11 berkas perkara itu, beberapa terdakwa sudah divonis di pengadilan dan sisanya masih dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Ruteng.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari ) Ruteng, Timbul Tamba, S.H menyampaikan hal itu saat ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Kamis (10/12/2009).

Menurut dia, meski jumlah tenaga jaksa terbatas, hanya tujuh orang, Kejari Ruteng tetap bekerja maksimal dalam memberantas tindak pidana korupsi.
"Saya harus beri aplaus kepada para jaksa yang ada di Ruteng," katanya.

Didampingi Kasi Pidsus Kejari Ruteng, Eka Dharmawan Nugraha, S.H, Kajari Timbul Tamba menjelaskan, kasus KKN yang ditanganinya adalah kasus korupsi dana proyek ubi aldira, DAK di Dikbud Manggarai tahun 2007, kasus PPK Elar, Dana Bos SMPN Borong, kasus korupsi dana bahan bangunan rumah (BBR) di Reo dan pengadaan perahu motor.

Perkara korupsi dalam proyek ubi aldira, katanya, sudah divonis hakim dimana terdakwanya sedang menjalani hukuman di LP Carep Ruteng. Kasus DAK 2007 baru satu terdakwa yakni Yosep Labu yang sudah divonis.

Sedangkan terdakwa lainnya dan kasus-kasus korupsi lainnya masih dalam proses hukum di pengadilan.
Jumlah kasus korupsi yang ditangani Kejari Ruteng itu, katanya, tidak termasuk kasus korupsi yang diselidiki dan disidik polisi yakni kasus korupsi dana pengadaan bibit ternak di Dinas Pertanian dan proyek Klangmaghit.

Selain enam kasus korupsi tersebut, Kejari Ruteng juga menangani lebih dari 200 kasus pidana umum. Jumlah kasus yang ditanganu tidak sebanding dengan jumlah jaksa. Meski demikian, tegasnya, Kejari Ruteng tetap berusaha maksimal dalam melakukan penegakan hukum. (lyn)

Anak Cacat Dipersulit Masuk PT

RUTENG, POS KUPANG. com -- Perguruan tinggi tertentu di Kabupaten Manggarai masih bersikap diskriminatif, yakni tidak menerima anak cacat sebagai mahasiswa di lembaga itu. Padahal anak cacat memiliki kemampuan intelektual sejajar dengan mahasiswa lainnya.


Hal itu dikeluhkan oleh Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni Ruteng, Elias Dagung, dalam seminar yang digelar Forum Bersama Peduli Penyandang Cacat Manggarai (FBPPM) di aula Ranaka, Jumat (4/12/2009). Seminar itu merupakan kerja sama SLB dengan Dinas Sosial dan Naketrans Manggarai.

Menurut dia, penyang cacat belum mendapat perlakuan yang sama dalam masyarakat. Kondisi ini sebagai akibat lemahnya kesadaran sosial dan penghargaan terhadap para penderita cacat. Padahal penderita cacat memiliki kemampuan yang luar biasa.

Memang dari bentuk fisik, lanjutnya, ada beberapa kekurangan, namun kekurangan itu bukan menjadi hambatan dalam meningkatkan kemampuan intelektual. Dari pengalaman, banyak anak SLB memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa. Namun ironinya ketika masuk ke perguruan tinggi/PT yang ada di Ruteng ada perguruan tinggi tertentu yang tidak mau menerima mereka. Akibatnya mereka merasa terpukul dan sebagian memutuskan untuk merantau ke Jawa dan bekerja sambil kuliah.

"Ada anak tamatan SLB yang saat ini magang di Jepang. Kemampuan dan potensinya luar biasa," katanya.

Pemerintah daerah juga tidak respek terhadap para guru yang mengajar SLB. Padahal tingkat kesulitan mengajar SLB jauh lebih besar. Diharapkan agar pemerintah bisa memperhatikan guru SLB.

"Ya kalau dana tidak ada biar cukup beli pulsa atau bayar ojek," katanya.

Kepala Dinas Sosial dan Naketrans Manggarai, Drs. Yulius Lay, MM, mengatakan, jumlah penderita cacat di Manggarai 3.367 orang tersebar di wilayah Manggarai. Mereka terdiri dari 496 tuna netra, 882 tuna wicara, 887 tuna daksa 1.102 cacat ganda. Terhadap mereka ini pemerintah berusaha memberi bantuan baik materi, finansial, pengadaan lapangan kerja dan sarana prasarana pendidikan.

"Sesuai kemampuan daerah kita beri perhatian yang cukup bagi sesama yang cacat," katanya.

Anggota DPRD Manggarai, Rony Marut, mengatakan, langkah tepat adalah memberdayakan para penderita cacat sebab mereka memiliki kemampuan luar biasa. (lyn)

Penderita cacat di Manggarai:
Tuna netra 496 orang
Tuna Wicara 882 orang
Tuna Daksa 887 orang
Cacat Ganda 1.102 orang
Jumlah : 3.367 orang

Cikungunya Serang Warga Satu Kampung

RUTENG, POS KUPANG.COM--Warga Kampung Labuan Ntaur, Desa Nuca Molas, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai menderita penyakit malaria cikungunya. Hingga saat ini warga belum mendapat perawatan medis. Untuk memulihkan kondisi kesehatan warga satu kampung itu terpaksa digunakan ramuan tradisional.

Anggota DPRD Manggarai, Haji Ahmadin S Madilao, menyampaikan hal itu kepada Pos Kupang di Ruteng, Rabu (9/12/2009). Madilao menyampaikan hal itu setelah melakukan kunjungan kerja ke wilayah itu selama masa reses Dewan.

Menurutnya, warga satu kampung menderita nyilu pada bagian persendian, bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kuat dugaan warga terserang cikungunya atau flu tulang. Penyakit serupa hampir diderita warga setiap tahun.

Madilao menjelaskan, ada berbagai penyebab penyakit tersebut, antara lain warga tidak mengonsumsi air minum bersih, tidak memiliki MCK dan kondisi lingkungan yang kurang terawat.

Madilao menjelaskan, untuk mencukupi kebutuhan air minum bersih, warga harus mengambil air di daratan Flores. Padahal sumber mata air di Pulau Mules sangat dekat dengan pemukiman warga. Hanya saja bak penampung sudah jebol dan beberapa pipa sudah rusak. Karena itu air minum bersih hanya mencukupi warga Kampung Konggang. Akibatnya, kata Madilao, masyarakat setempat sangat membutuhkan pelayanan medis untuk memulihkan kondisi kesehatan masyarakat.

"Saya sudah kunjungi mereka. Banyak warga mengeluh sakit pada persendian. Kita harapkan tim medis segera turun untuk atas," katanya.

Madilao mengemukakan, perlu ada patroli tetap dari tenaga medis untuk melayani warga Pulau Mules. Sebab tenaga medis yang diharapkan selama ini belum memberi pelayanan maksimal di daerah pulau itu. "Memang ada satu tenaga medis di Pulau Mules, tapi tidak bisa menjangkau kebutuhan pelayanan masyarakat tiga kampung d pulau itu," katanya.


Secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manggarai, dr. Yulius Weng, M.Kes, yang dihubungi Pos Kupang mengaku belum mendapat laporan dari Puskesmas Narang. Meski demikian tim medis akan segera turun ke Pulau Mules untuk melakukan pemantauan dan memberi pertolongan. "Saya belum dapat laporan tapi saya tugaskan pegawai untuk pantau para korban," katanya. (lyn)

LAGU INDO-BARAT

1. Bad Man