Sunday, November 21, 2010

Rombongan Uskup Diusir dari Lokasi Tambang


LABUAN BAJO, Timex-Rombongan Uskup Ruteng Mgr. Hubertus Leteng, Pr bersama pemerintah dan eleman masyarakat lainnya diusir pihak PT. Grand Nusantara Mining (GNM) di lokasi pertambangan Batu Gosok Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo, Kamis (18/11).

Alasan PT. GNM karena rombongan tersebut tidak mengantongi ijin dari Dinas Pertambangan.

Ikut serta dalam rombongan tersebut adalah Plt. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Angelus Abut, puluhan pastor, belasan suster dari berbagai Kongregasi di Keuskupan Ruteng, Kepala Kasat Pol PP
Roby Nggolong, GERAM, pelaku wisata, remaja masjid dan ribuan umat dari beberapa agama seperti Katolik, Kristen dan Islam.

Puluhan staf PT. Grand Nusantara Mining menilai rombongan Pemkab Mabar dan kelompok agama itu tidak mengantongi izin masuk dari Dinas Pertambangan sehingga pihaknya tidak menerima.

Sebagaimana disaksikan koran ini, rombongan mengunjuggi kawasan pertambangan Batu Gosok guna melakukan penanaman simbolis pohon perdamaian untuk lingkungan. Sebelum berangkat ke lokasi pertambangan Batu Gosok, rombongan Pemkab Mabar, Uskup Hubertus Leteng, tokoh agama serta umat dari berbagai agama ini mengikuti perayaan ekraisti ekologis di Gereja Paroki Roh Kudus Labuan Bajo yang langsung dipimpin Uskup Hubertus Leteng.

Setelah perayaan ekaristi ini, rombongan menuju lokasi pertambangan dengan mengunakan kendaraan. Rombongan dipimpin Sekda Mabar Angelus Abut. Saat memasuki lokasi pertambangan, tiba tiba semua kendaraan yang ditumpanggi berhenti mendadak. Di tengah badan jalan terdapat lubang besar sedalam satu meter yang sengaja digali pihak pertambangan beberapa jam sebelumnya untuk menghadang rombongan yang datang.

Sementara di seberang lubang staf perusahaan berbaris membentuk barikade. Sebagian berpakaian perusahaan sementara sebagian lagi berpakaian preman dan mengenakan helem perusahaan serta satu unit buldoser yang diparkir di badan jalan.

Aksi penghadangan tersebut beberapa kali nyaris ricuh. Dipicu amukan ribuan umat beragama yang tidak terima dengan perlakuakn staf perusahaan. Pater Marsel Agot dihujani kata kata kasar. Pelaku wisata Theo Hamun diancam oleh staf perusahaan pertambangan emas ini. Bukan hanya itu wartawan koran ini menjadi korban tindakan kekerasan. Kamera Digital koran ini dirampas saat mengambil gambar di lokasi tersebut. Untung saja wartawan koran ini berikut kamera digitalnya cepat diselamatkan.

Perlakukan yang sama juga dialami Plt. Sekda Mabar Angelus Abut. Kepada dirinya Staf PT. Grand Nusantara Mining mempertanyakan ijin dari Dinas Pertambangan. Berkali-kali Abut menjelaskan dirinya adalah Sekda Mabar dan dalam kegiatan tersebut mewakili Bupati Mabar untuk mendampinggi Uskup Ruteng, tokoh agama serta umat dari berbagai agama ke lokasi tersebut.

Namun, penjelasan Abut sama sekali tidak dihiraukan staf perusahaan itu. Abut tetap tidak diijinkan masuk ke lokasi pertambangan. "Oke, saya akan menyampaikan hal ini kepada bupati Mabar, bahwa kalian tidak mengijinkan pemerintah dan uskup serta umat dari berbagai agama di daerah ini masuk ke lokasi pertambangan. Jika pemerintah kalian usir terus nanti kalian siapa yang atur," tegas Abut dengan nada tinggi.

Abut kepada koran ini menegaskan sikap pihak perusahaan pertambangan sudah melampaui batas kewajaran. "Saya tidak mengerti dengan perusahaan pertambangan ini. Kedatangan saya di sini mewakili bupati dan wakil bupati yang sementara ini berada di luar daerah. Saya ke sini untuk mendampinggi uskup dan umat dari berbagai agama untuk melakukan penanaman pohan perdamaian kepada alam. Tapi kok saya malah diusir. Yang memberi kuasa pertambangan itu siapa? Yang mengurus segala sesuatu nanti siapa kalau pihak perusahaan sama sekali tidak menghargai pemerintah di daerah ini," kata Abut kesal.

Ironisnya, yang paling ngotot menolak abut adalah seorang tenaga honor di Dinas Perhubungan Mabar. Honorer ini meninggalkan tugasnya dan berada di lokasi pertambangan. Pater Marsel Agot mengungkapkan keanehan yang terjadi di lokasi pertambangan tersebut. "Masa seorang tenaga honor daerah usir seorang sekretaris daerah di lokasi pertambangan. Saya kira pemerintah harus tegas soal ini," pintanya.

Melihat suasana semakin tegang, sekda dan uksup mengalah. Mgr. Leteng meminta semua rombongan turun dari pintu masuk lokasi pertambangan. Penanaman pohon perdamaianpun dilangsungkan di lembah Batu Gosok. Di bawah terik matahari, Uskup Leteng memimpin Liturgi Sabda Ekologi menanam pohon serta memberkati kawasan pertambangan Batu Gosok.

Uskup dalam doanya memohon pertolongan Tuhan atas keserakahan manusia merusak alam ciptaan. "Situasi yang kita alami hari ini dapat kita maknai sebagai sebuah situasi jalan salib. Hari ini kita telah bersiarah.

Dalam siarah ekologi ini, kita mengalami berbagai situasi, ada yang emosi dan diperlakukan tidak adil. Semua situasi itu di lawan dengan situasi perdamaian. Kita harus bisa berdamai. Berdamai tidak hanya saja pada sesama manusia tapi perdamaian juga bisa diwujudkan pada ciptaan lain, lingkungan salah satu diantaranya," ungkap uskup Leteng (kr4)

2 comments:

  1. samapai sekarang apa ada tindakan lebih lanjut dari sikap para perusak alam di mabar itu..???

    ReplyDelete
  2. Sepertinya pemerintah tidak punya nyali untuk mngambil tindakan tegas terhadap sikap perusak alam. Maklum, kalau berhadapan dengan uang nyali pemerintah bisa dijual..... hehehehe

    ReplyDelete

LAGU INDO-BARAT

1. Bad Man