Saturday, March 10, 2012

Situasi Perbatasan Matim-Ngada Kondusif

BORONG, Timex-Situasi terkini di perbatasan Kabupaten Manggarai Timur (Matim) dan Ngada pasca aksi pemblokiran jalan oleh warga Buntal, Desa Golo Lijun, Kecamatan Elar sudah kembali kondusif. Hal ini ditandai dengan tidak adanya pemblokiran ruas jalan penghubung dua wilayah kabupaten itu.

Hal lain juga, warga di perbatasan itu kembali melakukan aktivitas seperti biasa sesuai dengan profesinya masing-masing. Di sana aparat kepolisian dari Polres Manggarai tetap berjaga di lokasi yang sempat tegang dan memanas itu.

Hal ini dikatakan Kapolres Manggarai, AKBP Pontjo Soediantoko ketika dihubungi koran ini, Kamis (8/3). Disampaikan Pontjo, semua material seperti kayu dan batu yang digunakan warga untuk pemblokiran jalan telah disingkirkan dan dibersihkan.

Alasan warga membolkir jalan, karena tidak menerima sikap Camat Riung, Kabupaten Ngada bersama rombongan yang melakukan kunjungan kerja di wilayah Elar, Kabupaten Matim. Ketika rombongan hendak pulang ke Riung, warga Buntal telah memblokir jalan dan rombongan inipun diarahkan
ke Pota, Kecamatan Sambi Rampas untuk meminta perlindungan kepada Pemda Matim.

"Situasi di sana sudah aman. Material kayu dan batu, penghalang jalan sudah disingkirkan dan dibersihkan. Situasi aman seperti ini berangkat dari kemauan warga Buntal sendiri untuk membuka kembali jalan yang sebelumnya diblokir. Rombongan dari Kecamatan Riung pulang melalui Ruteng-Borong dan sudah tiba di Bajawa. Anggota kita dari Polres manggarai tetap berjaga di lokasi," kata Pontjo.

Bupati Manggarai Timur, Yosep Tote melalui Asisten I Setda Matim, Agus Kano yang dikonfirmasi koran ini di Borong mengatakan, sikap warga membolkir jalan karena ada alasan dan sangat dibenarkan. Dia mengatakan, pemblokiran jalan oleh warga karena tidak menerima sikap camat Riung yang berkunjung ke wilayah Matim.

Menurutnya, alasan kunjungan kerja dari rombongan ke wilayah daerah lain tidak dibenarkan. Apalagi kunjungannya tidak diketahui oleh pemerintah setempat. Selain itu, secara psikologi, kedua wilayah ini masih dalam situasi persoalan tapal batas.

Tindakan yang dilakukan warga, kata Agus, merupakan tindakan spontan dan masih dalam batas kewajaran karena warga tidak langsung bertindak anarkis. Sehingga rombongan camat Riung tahu dan sadar kesulitan untuk kembali ke wilayah Ngada. Warga sendiri juga tidak membiarkan pemblokiran jalan itu berlarut, tapi dengan sendiri membuka kembali arus lintas pada jalur tersebut sehingga warga dari kedua wilayah kabupaten itu tetap memanfaatkan fasilitas jalan itu.

Juga warga bersama pemerintah Matim tetap melindungi dan mengawal perjalanan rombongan camat Riung dari Ruteng-Borong hingga Wae Lengga, tepatnya perbatasan Matim-Ngada bagian Selatan.

"Hal seperti ini, saya mau katakan kalau budaya yang tunjukan oleh orang Manggarai sangat baik dan santun. Buktinya di jalur itu warga hanya blokir jalan saat rombongan camat Riung hendak pulang ke Bajawa dan setelah itu jalur itu dibuka kembali. Masyarakat juga yang kawal perjalan rombongan pulang ke Bajawa. Siapa pun orang yang melihat sikap warga memblokir jalan, itu pasti diberi pujian karena sangat beralasan mereka blokir jalan. Pertanyaan kita, kunjungan dalam rangka apa mereka ke wilayah Matim, tanpa diketahui oleh pemerintah setempat," ujar Agus.

Terkait situasi terkini di wilayah Buntal, Kecamatan Elar, kata Agus,
sudah kondusif. Menyikapi persoalan tersebut, pemerintah Matim melalui Badan Kesbangpol, telah turun ke lokasi yang menjadi tempat kunjungan rombongan camat Riung untuk mencari tahu kebenaran maksud dan tujuan kunjungan ke wilayah itu. (krf3/ito)

No comments:

Post a Comment

LAGU INDO-BARAT

1. Bad Man